Akhir-akhir ini sering sekali saya menerima pertanyaan, “Sejak kapan berkecimpung di politik?”, “Kenapa jadi terjun ke Politik?”, “Bagaimana ceritanya jadi ke politik?”. Pertanyaan ini memang terlontar dari sahabat lama yang baru saja berkomunikasi kembali setelah sekian lama tidak bertemu, diantaranya teman-teman masa sekolah baik saat sekolah dasar, madrasah tsanawiyah maupun sekolah menengah umum, bahkan teman masa kuliah. Ekspresi teman-teman saat melontarkan pertanyaan itu pun bermacam-macam. Ada yang benar-benar terkejut, ada yang terkesan berempati, ada juga yang masih terheran-heran. Pada akhirnya saya juga mencoba berfikir ulang, jalan cerita kehidupan saya hingga terjun ke politik. Dan ini menjadi inspirasi untuk menuangkannya ke dalam sebuah tulisan, semoga bisa menjawab berbagai pertanyaan dan rasa penasaran teman-teman.
Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Sumatera Utara (USU) pada Oktober 2004, sebulan kemudian saya pun berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikan ke pascasarjana Universitas Indonesia, jurusan yang saya pilih Politik dan Hubungan Internasional Timur Tengah. Disinilah pertama kali saya bersentuhan dengan kata ‘politik’, meski awalnya fokus saya bukan pada politik tapi pada Timur Tengahnya, sebab saya bercita-cita menjadi Duta Besar di salah satu negara Timur Tengah dan juga ingin mengimplementasikan ilmu yang saya peroleh di jurusan Sastra Arab USU. Saya memulai perkuliahan pascasarjana pada bulan Februari 2005 di Kampus UI Salemba.
Empat bulan berselang, pada bulan Juni 2005 saya mendapat tawaran dari senior di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah untuk bekerja di sebuah partai politik. Mengingat subsidi dari orang tua hanya untuk satu semester kuliah, maka tanpa berfikir panjang, tawaran tersebut pun saya terima. Saya diminta untuk menemui salah seorang pimpinan di partai tersebut, setelahnya saya tahu bahwa beliau adalah Wakil Sekretaris Badan Arbitrase, Bapak Ahmad Djubaedi. Saya ditanya beberapa hal terkait kemampuan dan komitmen saya dalam bekerja, dan dijanjikan akan dihubungi kembali esok harinya. Namun, belum lagi saya tiba dirumah, telpon genggam saya menerima sms “Saudari Siar, Anda diterima dan mulai besok sudah bisa bekerja”.
Saya bekerja sebagai staf di Badan Arbitrase, yaitu badan yang menangani sengketa hasil pemilu. Pengurus yang ditempatkan di Badan Arbitrase ini selain memiliki pemahaman tentang hukum juga memiliki pengalaman di dunia politik yang lebih lama. Bisa dikatakan tokoh-tokoh seniornya partai politik tersebut. Mereka saya anggap sebagai guru dan orang tua sendiri. Disinilah saya sedikit demi sedikit belajar politik dan saya bersyukur saya belajar langsung dari orang politik yang bijaksana, santun dan terdidik, sehingga saya merasa politik itu menyenangkan.
Saya ingat pesan Ketua Badan Arbitrase yang juga guru besar Universitas Nasional Jakarta, Prof. Askin (semoga beliau sehat selalu), bahwa untuk melewati berbagai dinamika dan tantangan di dunia politik kita harus selalu meminta petunjuk dan kekuatan kepada Allah swt, “Saya selalu mengamalkan doa yang tercantum dalam qur`an surat Al-Isra ayat 80 yang artinya Ya Tuhanku, masukkanlah aku secara masuk yang benar, keluarkanlah aku secara keluar yang benar, dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong” katanya. Masih banyak lagi teladan yang saya dapatkan dari pengurus lainnya. Selama kurang lebih 4 tahun menjadi staf di partai politik, hingga puncaknya saya “dipaksa” -karena untuk memenuhi quota 30% perempuan- untuk ikut pemilu tahun 2009. Namun, saya gagal dan memutuskan untuk mengakhiri aktifitas di dunia politik. Saya memilih untuk fokus ke rumah tangga yang baru saja dibina pada November 2008.
Tapi takdir politik berkata lain. Pada tanggal 7 Februari 2013, ditengah saya lagi makan malam bersama suami, tiba-tiba telpon genggam saya berdering. Ternyata dari senior yang cukup dekat dan sudah saya anggap seperti abang. Beliau menyampaikan “Mau jadi pengurus DPP Partai NasDem ga?, jabatannya Wakil Sekretaris Jenderal nih”. Lalu saya meminta waktu beberapa menit, untuk menyampaikannya ke suami yang saat itu dengan wajah penasaran memandangi saya. Bagi saya ridho suami adalah yang utama, sehingga saya harus meminta izin dan ridho darinya. Alhamdulillah suami setuju dan memberikan izin. Kembali saya dihubungi untuk mendapatkan kepastian, dan sayapun menyatakan bersedia. Si abang menyampaikan nanti akan dihubungi oleh salah seorang pengurus DPP Partai NasDem, dan pastikan agar saya tetap di posisi Wakil Sekjend.
Keesokan harinya, tepatnya hari Jumat, saat saya sudah di kendaraan hendak berangkat kerja, masuk sms dari nomor yang belum tersimpan “Yth. Siar Anggretta, mengundang kehadiran saudara di kantor DPP Partai NasDem jalan Gondangdia Lama jam 12 siang ini untuk acara pelantikan pengurus. Salam Ferry Mursyidan Baldan”. Cukup mengagetkan, tokoh politik ulung menghubungi saya, dan belakangan saya tahu bahwa beliau Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPP Partai NasDem. Begitu cepat prosesnya. Saya pun memenuhi undangan tersebut, dan hadir dengan persiapan dan penampilan seadanya. Saat tiba di kantor NasDem, solat Jumat masih berlangsung, sehingga saya harus menunggu Bapak Ferry selesai menunaikan solat Jumat. Sambil menunggu, saya pun menghubungi orangtua di Medan untuk menyampaikan berita yang serba mendadak ini serta memohon restu dari kedua orangtua. Alhamdulillah kedua orang tua menyambut baik dan merestui, walau sempat kaget karena begitu cepat prosesnya.
Akhirnya saya bertemu dengan Pak Ferry, lalu saya diajak menuju ruangannya. Disana sudah banyak orang. Hampir semua berpakaian rapi, seakan mereka sudah tahu akan dilantik hari ini. Saya dikenalkan ke beberapa orang yang ada diruangan itu. Lalu saya disodori lembar surat pernyataan kesediaan menjadi pengurus. Saya pun membaca dengan seksama dan sambil mengingat pesan dari si Abang untuk tetap mempertahankan pada posisi yang sudah dijanjikan. Done. Surat pernyataan saya tanda tangani. Bersama dengan orang yang telah berkumpul diruangan, saya pun menuju ke sebuah aula pertemuan. Dengan wajah bingung, saya mencari posisi duduk, ternyata kursinya telah ditentukan, telah diberi nama untuk masing-masing pengurus. Saya duduk disamping seorang ibu yang berpenampilan sederhana (saya akan banyak bercerita bersama ibu ini pada tulisan berikutnya), sehingga sedikit meredam rasa canggung saya. Acara pelantikan dimulai, Bapak Surya Paloh, Ketua Umum DPP Partai NasDem membacakan SK Penetapan Pengurus. Sah. Sejak tanggal 8 Februari 2013, saya menjadi Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai NasDem.
Satu hal yang saya lakukan ketika menginjakkan kaki pertama kali, saat masuk ke kantor DPP Partai NasDem, yaitu membaca doa sebagaimana pesan Prof. Askin, dengan berharap Allah swt memasukkan saya ke Partai NasDem dengan masuk yang benar, dan mengeluarkan saya dari Partai NasDem dengan keluar yang benar, serta memberikan saya kekuasaan yang menolong selama berada di Partai NasDem. Dengan Bismillahirrahmanirrohim saya melangkah.
Tulisan singkat ini tentunya tidak sesempurna seluruh proses yang sudah saya jalani, hingga pada akhirnya saya menetapkan diri untuk terjun di dunia politik, tapi setidaknya bisa menggambarkan proses yang sudah saya jalani. Harapannya dapat menjadi inspirasi bagi siapa saja yang mendapat tantangan yang sama seperti saya. Selanjutnya, saya akan bercerita, apa saja yang telah saya lakukan selama berada di Partai NasDem. Ditunggu ya…v